oleh Yusteisya.M.Papilaya
PENDAHULUAN
Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian
alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Kawasan
taman wisata alam dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Perlindungan dan
pengamanan hutan merupakan salah satu upaya dalam pengawetan kawasan Taman
Wisata Alam. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kegiatan yang dapat
mengakibatkan fungsi kawasan taman wisata alam, seperti berburu, menebang,
kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran kawasan dan lain sebagainya.
Ekosistem perairan di Kawasan Taman Wisata Alam Laut
Pulau Marsegu dan sekitarnya (TWA) memiliki beberapa potensi, yang perlu
dikelola dengan baik. Pembentukan kawasan konservasi dimaksudkan untuk
pengelolaan sumberdaya hayati, yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana
untuk menjamin kesinambungan ketersediaan sumberdaya tersebut. Kawasan Taman
Wisata Alam Laut Pulau Marsegu dan sekitarnya (TWA) mengandung nilai konservasi
yang tinggi. Hal ini mengacu pada data potensi terumbu karang, mangrove, lamun,
rumput laut dan biota lain, seperti Lumba-lumba (mamalia laut) dan Penyu dari
jenis Erelmochelys imbricata (Penyu Sisik) dan Chelonia mydas (Penyu Hijau).
Beberapa biota laut yang unik, yang ditemukan juga di kawasan ini antara lain:
Kelinci Laut (Nudibranch), Tunikata (Acidian) dan sejumlah besar Akar Bahar Kipas
(Gorgonian).
Pembahasan
WISATA ALAM PULAU MARSEGU
Kabupaten Seram Bagian Barat
Provinsi Maluku
Kabupaten Seram Bagian Barat
Provinsi Maluku
Wiasata
Alam di Pulau Marsegu memiliki keunikan tersendiri. Pulau Marsegu terletak di
bagian barat Pulau Seram (Nusa Ina / Pulau Ibu) yang terkenal memiliki
Taman Nasional Manusela. Secara Administratif pulau Marsegu termasuk dalam
Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.
Pulau Marsegu
Pulau ini diberikan nama
oleh masyarakat sebagai “Pulau Marsegu” karena mempunyai satwa Kelelawar dalam
jumlah besar. Kata Marsegu berasal dari bahasa daerah yang berarti
Kelelawar. Dalam pikiran pasti terlintas seperti tokoh menyeramkan yaitu
“Drakula” penghisap darah, manusia yang menjelma menjadi kelelawar.
Tapi pulau ini tidak menyeramkan bahkan berbagai keindahan dapat ditemui
disana, sebagai tempat rekreasi dan tempat mengembangkan ilmu pengetahuan tidak
perlu diragukan lagi


Kelelawar (Pteropus
vampirus)
|
Kepiting Kenari
(Birgus latro)
|
A.
Pulau Marsegu
Pulau Marsegu terletak di bagian
barat Pulau Seram (Nusa Ina / Pulau Ibu), secara administratif pulau
Marsegu termasuk dalam Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Pulau ini
diberikan nama oleh masyarakat sebagai “Pulau Marsegu” karena mempunyai satwa
Kelelawar dalam jumlah besar. Kata Marsegu berasal dari bahasa daerah
yang berarti Kelelawar Pulau Marsegu memiliki luas daratan sekitar 240,2 ha.
Sedangkan Kawasan Taman Wisata Alam Laut Pulau Marsegu memiliki luas sekitar
11.000 Ha dan ditetapkan sebagai Taman Wisata Laut Pada tanggal 5 Maret 1999
dengan SK Menhutbun No. 114/Kpts-II/1999.
Pulau Marsegu dapat dikatakan sebuah
pulau karang, karena sebagian dari pulau ini merupakan daerah berkarang. Di
sebelah selatan pulau ini terdapat vegetasi hutan mangrove sedangkan sebelah
utara merupakan daerah hutan yang tumbuh di atas karang. Sebelah barat laut
merupakan daerah dinding karang yang berbatasan dengan pantai dengan ketinggian
antara 8–10 meter. Sedangkan arah timur laut terdapat vegetasi hutan pantai
yang mempunyai pantai pasir putih sepanjang 1720 meter. Di bagian utara pantai
pasir putih terdapat zone Ipomea pescaprae yang didominasi oleh Ipomea
pescaprae dan Spinifex littoreus (rumput angin). Lokasi ini merupakan tempat
wisata yang menarik untuk menikmati pemandangan laut dan menghirup udara pantai
yang segar.
Seluruh Daratan Pulau Marsegu masih
dipengaruhi suasana hembusan angin laut karena titik terjauh dari garis pantai
hanya berjarak 500 m. Pulau ini dikelilingi oleh terumbu karang yang
beranekawarna dan kaya akan potensi sumberdaya alam laut. Tipe pasang surut
daerah Pulau Marsegu merupakan semi diurnal (pasang semi harian) dimana terjadi
dua kali air pasang dan dua kali air surut dalam satu hari. Salah satu faktor
yang menyebabkan terbentuknya komunitas hutan mangrove Pulau Marsegu adalah
gelombang air yang minimal karena dikelilingi oleh terumbu karang. Daerah yang
berdekatan dengan terumbu karang dan sepanjang pantai berkarang, benih mangrove
hanya dapat menyangkut dalam celah atau sisi pantai, mungkin hanya ada satu
zone dari Rhizophora. (Van stennis dalam Monk et al. 1997).
POTENSI DAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA ALAM LAUT (TWA) PULAU
MARSEGU DAN SEKITARNYA.
Di Propinsi Maluku, Hutan Konservasi yang telah ditunjuk dan ditetapkan
adalah sejumlah 12 unit Cagar Alam (satu diantaranya adalah Cagar Alam Laut), 3
unit Suaka Margasatwa, 1 Unit Taman Nasional dan 5 unit Taman Wisata (tiga
diantaranya adalah Taman Wisata Laut). Kawasan Taman Wisata Alam Laut Pulau
Marsegu dan sekitarnya Kabupaten Seram Barat dengan luas sekitar 11.000 Ha
ditetapkan sebagai Taman Wisata Laut Pada tanggal 05 - 03 – 1999 dengan SK
Menhutbun No. 114/Kpts-II/1999.
Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Sedangkan Pulau Marsegu dengan
luas 240,20 ha telah ditetapkan menjadi Kawasan Hutan Lindung sesuai Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 10327/Kpts-II/2002, tanggal 30 Desember 2002.
Ekosistem perairan di Kawasan Taman Wisata Alam Laut Pulau Marsegu dan
sekitarnya (TWA) memiliki beberapa potensi, yang perlu dikelola dengan baik.
Pembentukan kawasan konservasi dimaksudkan untuk pengelolaan sumberdaya hayati,
yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan
ketersediaan sumberdaya tersebut. Kawasan Taman Wisata Alam Laut Pulau Marsegu
dan sekitarnya (TWA) mengandung nilai konservasi yang tinggi. Hal ini mengacu
pada data potensi terumbu karang, mangrove, lamun, rumput laut dan biota lain,
seperti Lumba-lumba (mamalia laut) dan Penyu dari jenis Erelmochelys imbricata
(Penyu Sisik) dan Chelonia mydas (Penyu Hijau). Beberapa biota laut yang unik,
yang ditemukan juga di kawasan ini antara lain: Kelinci Laut (Nudibranch),
Tunikata (Acidian) dan sejumlah besar Akar Bahar Kipas (Gorgonian). Oleh karena
itu penataan kawasan di TWA sangat penting dan mendasar dalam rangka memelihara
dan melestarikan keunikan dan kekayaan ekosistem yang ada.

Terumbu Karang Taman Wisata Alam Laut Pulau Marsegu dan sekitarnya
Fungsi yang
sangat mendasar Taman Wisata Alam Laut Pulau Marsegu dan sekitarnya yaitu:
1.
Sebagai wahana konservasi sumberdaya hayati pesisir dan
lautan, dalam rangka upaya perlindungan
kawasan dan pelestarian sumberdaya yang ada
2.
Sebagai wahana penelitian (research) dan pemantauan
(monitoring) sumberdaya hayati, meliputi sarana dan prasaraana penelitian dan
penyebarluasan informasi
3.
Sebagai wahana partisipasi masyarakat dari segala
lapisan, baik lokal maupun non-lokal dalam rangka pendidikan dan pembinaan yang
berwawaasan linkungan, sehingga pembudayaan sadar dan cinta lingkungan dapat
dicapai
4.
Sebagai wahana pemanfaatan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang meliputi kegiatan wisata alam dan usaha perikanan
yang bersahabat dengan lingkungan.
Potensi sumberdaya alam yang dapat didayagunakan dalam kawasan TWA dan sekitarnya dapat dikelompokkan 2 katagori, yaitu kegiatan wisata dan non-wisata yang menunjang kegiatan wisata. Pendayagunaan potensi sumberdaya alam melalui kegiatan wisata antara lain : snorkling, scuba diving, perahu kaca dan perahu wisata biasa, pancing wisata, ski air, kawasan pendaratan penyu, areal pasir putih, areal kamping (camping ground), komplek persitirahat (bungalow) dengan latar belakang panorama laut. Sedangkan kegiatan non wisata, antara lain: Budidaya rumput laut, Budidaya/pembesaran ikan jaring apung, Penangkaran dan peneloran penyu, Perikanan tradisional di sekitar kawasan, Pendidikan dan Penelitian. Kegiatan-kegiatan tersebut ditata sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan memiliki daerah tetrtentu, dengan mengacu pada zonasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Potensi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu:
Potensi sumberdaya alam yang dapat didayagunakan dalam kawasan TWA dan sekitarnya dapat dikelompokkan 2 katagori, yaitu kegiatan wisata dan non-wisata yang menunjang kegiatan wisata. Pendayagunaan potensi sumberdaya alam melalui kegiatan wisata antara lain : snorkling, scuba diving, perahu kaca dan perahu wisata biasa, pancing wisata, ski air, kawasan pendaratan penyu, areal pasir putih, areal kamping (camping ground), komplek persitirahat (bungalow) dengan latar belakang panorama laut. Sedangkan kegiatan non wisata, antara lain: Budidaya rumput laut, Budidaya/pembesaran ikan jaring apung, Penangkaran dan peneloran penyu, Perikanan tradisional di sekitar kawasan, Pendidikan dan Penelitian. Kegiatan-kegiatan tersebut ditata sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan memiliki daerah tetrtentu, dengan mengacu pada zonasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Potensi sumberdaya alam yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu:
v Kegiatan
wisata,
v Kegiatan
non-wisata yang menunjang kegiatan wisata
Setengah dari Pulau ini merupakan daerah hutan mangrove dengan
jenis-jenis mangrove, seperti Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata,
Brugueira gymnorrhiza, Brugueira sexangula, Ceriops tagal, Xylocarpus
mollucensis, Xylocarpus granatum, Heritiera littoralis, Lumnitzera littorea,
Aegiceras corniculatum, Excoecaria agallocha, Pemphis acidula dan Scyphiphora
hydrophyllacea.
Zone terluar dari daerah mangrove adalah Rhizophora mucronata kemudian bercampur dengan Rhizophora apiculata dan dibagian tengah adalah Brugueira gymnorrhiza, Brugueira sexangula, Ceriops tagal, Xylocarpus mollucensis dan Xylocarpus granatum.
Di
bagian timur dari Pulau Marsegu terdapat vegetasi hutan pantai yang mempunyai
pantai pasir putih sepanjang 1600 meter. Jenis vegetasi yang terdapat pada zone
ini adalah Cordia subcordata, Pongamia pinnata, Terminalia catappa dan Baringtonia
asiatica. Di bagian utara pantai pasir putih terdapat zone Ipomea
pescaprae yang didominasi oleh rumput angin (Spinifex littoreus) dan
Katang-katang (Ipomea pescaprae). Lokasi ini merupakan tempat wisata
yang menarik untuk menikmati pemandangan laut serta menghirup udara pantai yang
segar.
Untuk yang mau berkemah atau tinggal
beberapa hari di pulau ini, tersedia 2 (dua) buah sumur sebagai sumber air
tawar yang biasanya juga dipergunakan oleh masyarakat sekitar untuk air minum,
mandi dan cuci.

S u m u r
Aksesibilitas
ke Pulau Marsegu dari kota Ambon sebagai Ibu Kota provinsi dapat ditempuh
melalui rute:
+ Ambon – Hunimua. (Jalur
darat)
+ Hunimua – Waipirit (Pulau
Seram) menggunakan Ferry (1,5 jam)
+ Waipirit – Piru – Pelita
Jaya. (Jalur darat ± 56 km)
+ Pelita Jaya – Pulau
Marsegu. (Jalur laut ± 5 km )
PENGEMBANGAN WISATA
Snorklingo, scuba diving dan perahu kaca merupakan kegiatan yang
menikmati pemandangan di bawah air. Pemandangan yang menarik itu meliputi
hamparan terumbu karang, padang lamun dan rumput laut, ikan hias dan ikan
karang, dan berbagai biota laut lain yang menghuni di bawah dan di dasar laut
antara lain kelompok moluska (kerang-kerangan dan siput), coelenterata
(ubur-ubur), ekhinodermata (bintang laut, bulu babi, teripang, lili laut dan
"sand dollar"), mamalia air, reptilia (penyu). Aktivitas snorkling
dapat dilakukan pada perairan yang relatif dangkal sehingga pemandangan bawah
air masih dapat dinikmati dengan jelas. Sedangkan untuk perairan yang lebih
dalam dapat dilakukan aktivitas scuba diving yang menggunakan alat selam
lengkap seperti masker, snorkel, regulator, tabung udara, BCD (Buoyancy
Compensator Device), sepatu koral, fin (‘kaki katak”) dan baju selam (jika
perlu). Aktivitas snorkling dan scuba diving hendaknya dapat dilakukan pada
daerah tertentu (daerah yang sama atau terpisah) yang dapat dikatagorikan indah
dan aman bagi pengunjung. Selain itu penjelasan dan pengawasan terhadap
pengunjung dilakukan secara efektif sehingga kerusakan terhadap komunitas biota
dan ekosistem kawasan dapat dicegah semaksimal mungkin. Kegiatam snorkling
dapat dilakukan di sekitar pinggiran Teluk Kotania dan beberapa pulau kecil
lainnya seperti Pulau Osi, sepanjang hamparan datar (flat) hingga tubir.
Sedangkan kegiatan scuba diving di perairan yang lebih dalam, yaitu mulai dari
daerah tubir ke arah laut. Pemandangan bawah laut juga dapat dinikmati tanpa
harus berenang, yaitu dengan menggunakan perahu kaca. Pengunjung dapat melihat
dan menikmati pemandangan bawah air melalui kaca yang dipasang persis di bawah
perahu. Lokasi aktivitas perahu kaca dipisahkan dengan lokasi aktivitas
snorkling dan scuba diving, sehingga tidak saling mengganggu. Perahu
kaca ini dapat memperkecil resiko kerusakan terumbu karang dan biota lainnya,
karena tidak menyentuh dasar perairan sepanjang perahu tidak membuang sauh
(jangkar) atau menabrak daerah terumbu karang yang dangkal. Lokasi yang baik
adalah sepanjang batas tubir yang mempunyai kedalaman yang relatif dangkal
sehingga pemandangan bawah laut masih jelas.
Berperahu di Kawasan
Wisata Alam Laut Pulau Marsegu dan
Sekitarnya
Aktivitas
pancing wisata merupakan kegiatan memancing non profit yang menikmati suasana
wisata. Kegiatan ini bukan merupakan kegiatan eksploitasi tetapi merupakan
pemancingan terbatas pada daerah tertentu dimana populasi dan keanekaragaman
ikannya masih cukup tinggi. Daerah yang direkomendasikan untuk kegiatan ini
adalah di sebelah selatan pulau. Pemantauan dari kegiatan ini hendaknya dapat
dilakukan dengan baik dalam usaha mencegah penurunan populasi ikan yang tinggi
dan kemusnahan jenis. Pemantauan dapat dilakukan melalui pencacahan jumlah dan
jenis ikan yang tertangkap, serta evaluasi komunitas ikan di alam.