Halaman

Selasa, 20 Desember 2011


DAMPAK PEMBANGUNAN PELABUHAN (JEMBATAN) TERHADAP ASPEK BIOLOGI
studi kasus pantai losari makasar
(Kualitas air, Biota Perairann dan Pesisir Pantai)
oleh
Munawir Rumbouw


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Sehubungan dengan pertambahan penduduk yang semakin meningkat, maka permintaan akan pangan, sandang dan papan juga semakin meningkat. Hal ini mendorong peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai sektor yang mengakibatkan pemanfaatan ekosistim secara tidak rasional dan tidak terkendali. Kegiatan pembangunan tersebut mengakibatkan penurunan kualitas bahkan perusakan ekosistim itu sendiri serta berdampak lanjut terhadap gangguan ekosistim lain yang berada di sekitarnya, sehingga mengakibatkan gangguan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya maupun terhadap organisme pemanfaatnya termasuk manusia. Proses pencemaran perairan pantai pada umumnya disebabkan oleh berbagai kegiatan yang merupakan sumber bahan pencemar perairan laut antara lain pemukiman, industri, transportasi, dan pertanian. Kegiatan-kegiatan tersebut potensil menghasilkan bahan pencemar yang merusak sistim kehidupan di dalam ekosistim pantai. Berdasarkan definisi Fardiaz (1992) bahwa polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, dengan demikian perairan yang sudah tidak lagi berfungsi secara normal dapat dikatergorikan sebagai perairan tercemar. Ketchum (1971) lebih jauh menegaskan bahwa pencemaran disebabkan oleh masuknya zat-zat asing ke dalam lingkungan, sebagai akibat dari tindakan manusia, yang merubah sifat-sifat fisik, kimia, dan biologis lingkungannya. Bahan-bahan pencemar tersebut digolongkan ke dalam tiga tipe yaitu: (1) patogenik (menyebabkan penyakit pada manusia), (2) estetik (menyebabkan perubahan lingkungan yang tidak nyaman berdasarkan panca indera) dan (3) ekomorpik (bahan cemar yang menyebabkan perubahan sifat sifat fisika lingkungan).
B.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui dampak pembangunan terhadap aspek biologi (Biota perairan dan pesisir pantai).
2.      Mengetahui upaya-upaya penanggulangan terhadap kesusakan biota perairan dan pesisir pantai akibat pembangunan.

C.    Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dasar tentang dampak pembangunan terhadap aspek biologi (Biota perairan dan pesisir pantai) dan bagaimana upaya menanggulanginya.







BAB II
PEMBAHASAN



A.     DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP KONDISI KUALITAS AIR PERAIRAN PANTAI

1.      Suhu
Suhu air merupakan parameter fisik air yang dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan karena berkaitan dengan tingkat kelarutan oksigen, proses respirasi biota perairan dan kecepatan degradasi bahan pencemar. Pada umumnya suhu permukaan perairan Indonesia adalah berkisar antara 28 - 31 oC.

2.      Total Suspended Solid (TSS)
Total padatan tersuspensi adalah padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan inorganic yang dapat disaring dengan kertas millipore berporipori 0,45 μm. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yamg menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.

3.      Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter kimia air yang berperan pada kehidupan biota perairan. Penurunan okasigen terlarut dapat mengurangi efisiensi pengambilan oksigen bagi biota perairan sehingga menurunkan kemampuannya untuk hidup normal. Menurut Lung (1993), kelarutan oksigen minimum untuk mendukung kehidupan ikan adalah sekitar 4 ppm.

4.      Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD adalah jumlah oksigen yang digunkan untuk mendegrdasi bahan organic secara biokimia, sehingga juga dapat diartikan sebagai ukuran bahan yang dapat dioksidasi melalui proses biokimia. Oleh karena itu, tujuan pemeriksaan BOD adalah untuk menentukan pencemaran air akibat limbah domestic atau limbah industri.

5.      COD
Kebutuhan oksigen kimiawi (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi. Sama halnya dengan BOD, COD juga digunakan menduga jumlah bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimia.



6.      Kandungan Logam Berat
Hasil penelitian Lifu (2001), ternyata perairan pantai telah terkontaminasi oleh logam berat antara lain besi (Fe), timbal (Pb) dan tembaga (Cu). Kandungan logam besi yang terukur adalah berkisar antara 0,00297 – 0,0324 ppm , timbal (Pb) sekitar 0,64 - 1,39 ppm dan tembaga (Cu) berkisar antara 0,37 - 0,57 ppm. Kehadiran jenis logam ini akan mengancam kehidupan biota perairan karena logam tersebut selain mempunyai sifat peracunan kronis.

B.     DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP KONDISI BIOTA PERAIRAN

Kehidupan organisme perairan sangat tergantung pada kondisi lingkungan hidupnya. Jika kondisi lingkungannya berada pada kondisi optimal, maka perkembangan dan pertumbuhannya semakin berkembang sehingga populasinya semakin meningkat, tetapi jika kondisi lingkungannya memburuk maka biota yang hidup di dalamnya akan mati.

1.      Dampak Pembangunan Terhadap Terumbu Karang

Kondisi terumbu karang di sekitar daerah pembangunan sudah dalam katergori jelek dengan tutupan karang hidup kurang dari 10% (Jompa, 1996). Kawasan pembangunan  ini sudah didominasi oleh makroalga dan biota-biota suspension feeder (misalnya tunicate, sponge, dll.) akibat semakin meningkatnya eutrofikasi dan sedimentasi di kawasan Pembangunan ini. Namun demikian, masih ada beberapa jenis ikan di kawasan terumbu karang ini seperti ikan baronang. Hewan-hewan yang masih bertahan di kawasan ini merupakan organisme yang sudah teradaptasi dengan lingkungan yang ada, walaupun kondisinya sudah relative tercemar. Penyebab kerusakan terumbu karang di kawasan Pembangunan terutama disebabkan oleh adanya sedimentasi dan eutrofikasi yang telah terjadi sejak lama. Namun demikian, jika terjadi lonjakan tingkat sedimentasi atau pencemaran berlebih yang tiba-tiba maka ada kemungkinan dapat mengancaman ekosistem terumbu karang, terutama hewan karang yang masih bertahan hidup sampai saat ini.

C.     DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP KONDISI PERAIRAN

Kegiatan pembangunan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap perubahan beberapa komponen lingkungan, namun besarnya perubahan tersebut tergantung pada tingkat dan intensitas pembangunan yang dilaksanakan. Kegiatan pembangunan yang dilakukan telah menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas perairan Pantai. Dugaan ini telah dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa parameter kualitas air telah mengalami perubahan kandungan padatan tersuspensi, adanya gejala eutrofikasi dan peningkatan kandungan logam berat.

Penyebab penurunan kualitas perairan pantai diduga berasal dari tiga sumber yang dominan yaitu :
1.      adanya pemusatan penduduk di kota.
2.       kegiatan industri di sekitar kota dan
3.       kegiatan pertanian di hulu sungai.

Terpusatnya penduduk di kota menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, baik limbah padat maupun cair. Selanjutnya limbah tersebut masuk ke dalam perairan pantai melalui run-off dan mengakibatkan pendangkalan pantai serta perubahan beberapa parameter kaulitas air seperti kandungan DO, BOD, COD, peningkatan kandungan deterjen dan munculnya senyawa-senyawa beracun dan eutrofikasi. Menurut Pike dan Gameson (1970), limbah domestik mengandung beberapa jenis bakteri patogen yang dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti penyakit diare, keracunan makanan, tuberkulosa, polio dan hepatitis.

Kegiatan industri yang ada di kota diduga ikut mempengaruhi penurunan kualitas perairan pantai . Dalam banyak hal limbah industri walaupun telah diproses di IPAL, namun kualitasnya masih jelek (nilainya masih di atas ambang batas yang telah ditetapkan) saat dibuang ke laut, sehingga masih berpengaruh terhadap kualitas ekosistim perairan. Jenis bahan pencemar yang berasal dari industri adalah bahan organik yang degrdable dan non degradable (persisten) menyebabkan perubahan DO, BOD, COD, TSS, dan eutrofikasi, bahan organik yang tidak larut seperti logam berat.

Kegiatan pertanian di hulu sungai juga menimbulkan dampak terhadap pencemaran perairan pantai. Pemakian pupuk yang berlebihan pada kegiatan pertanian menyebabkan terjadinya eutrofikasi, residu pestisida akibat penggunaan pestisida yang tidak terkontrol akan berpengaruh pada kematian biota laut serta timbulnya berbagai jenis bagi manusia yang mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh bahan aktif pestisida. Oleh karena itu, sudah saatnya semua pihak terkair memikirkan bagaimana mengelola air buangan tersebut (mis. Fardiaz, 1992 ; Supriharyono, 2002), agar fungsi perairan sebagai habitat dan sumber kehidupan dapat kembali pulih.

D.     POTENSI DAMPAK DARI KEGIATAN PEMBANGUNAN PELABUHAN
Berikut adalah potensi dampak yang disebabkan oleh kegiatan pembangunan pelabuhan :

1.      Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan
Kawasan pesisir berupa kawasan lahan basah berhutan mangrove, pantai berpasir, atau pantai berbatu. Adanya pembangunan pelabuhan dikawasan tersebut, akan terjadi perubahan fungsi dan tata guna lahan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentang alam. Pada awalnya, kawasan tersebut berfungsi sebagai cathmen area baik untuk air hujan maupun air pasang, namun setelah ada proses pembangunan pelabuhan, seperti kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan pengurugan tanah pada tahap konstruksi, serta pemadatan tanah, akan mengubah lahan fungsi tersebut. Air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah, sehingga meningkatkan volume air limpasan (run off) dan meningkatkan terjadinya potensi genangan dan mengubah pola genangan.
Dampak – dampak turunan dari perubahan fungsi dan tata guna lahan adalah terjadinya perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, timbulnya keresahan dan persepsi negatif masyarakat, gangguan terhadap aktivitas nelayan, peningkatan kepadatan lalu lintas pelayaran, serta bangkitan lalu lintas.

2.      Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
Penurunan kualitas udara dapat disebabkan oleh peningkatan debu akibat kegiatn konstruksi dan kegiatan operasional loading off loading di pelabuhan. Peningkatan kebisingan pada kegiatan pelabuhan terutama berasal dari kegiatan konstruksi (seperti mobilisasi alat berat, pengangkutan material, pemancangan dan pembangunan terminal) dan loading offloading di pelabuhan.

3.      Penurunan Kualitas Air Laut dan Kualitas Air Permukaan
Penurunan kualitas air laut ditandai dengan adanya peningkatan kekeruhan dan penigkatan pencemaran air laut. Penurunan peningkatan kualitas air kegiatan konstruksi pada pembangunan pelabuhan akan berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas air laut terutama pada tahap pengerukan (capital dredging) dan pembuangan material keruk.
Kegiatan operasional akan memengaruhi kualitas air laut dan kualitas air permukaan (jika pembangunan pelabuhan terletak di sekitar sungai) dengan adanya peningkatan pencemaran terutama yang dihasilkan dari discharge air limbah domestik dan non domestik (air balast, tank cleaning dan bahan kimia yang digunakan untuk perawatan kapal), kegiatan operasional loading-offloading di pelabuhan serta korosi pada kapal.

4.      Perubahan Pola Arus Laut, Gelombang dan Garis Pantai
Kegiatan pembangunan pelabuhan beserta fasilitasnya akan memengaruhi terjadinya perubahan batimetri, pola arus laut dan gelombang dan secara simultan mengakibatkan dampak turunan yaitu adanya perubahan pola sedimentasi yang dapat mengakibatkan abrasi dan akresi (perubahan garis pantai). Jika bagian struktur pelabuhan menonjol ke arah laut, maka mungkin terjadi erosi pada garis pantai disekitarnya akibat transpor sediment sejajar pantai yang terganggu. Dampak ini merupakan  isu yang paling penting dalam setiap  pembangunan di wilayah pesisir, sehingga dalam rencana pengelolaan dan rencana pemantauan harus dilakukan secara berkesinambungan.

5.      Gangguan Terhadap Biota Perairan
Kegitan pembanguna pelabuhan akan memberikan dampak yang sangat penting terhadap biota perairan yang berada disekitar wilayah pelabuhan. Kegiatan pembukaan lahan, pemancangan tiang pondasi dan pembangunan struktur fisik fasilitas pelabuhan dapat mengganggu biota yang ada di wetland/lahan basah seperti  mangrove, bangsa krustase, larva-larva ikan dan biota perairan lainnya seperti terumbu karang dan padang lamun.
Gangguan terhadap biota perairan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung disebabkan oleh kegiatan pengerukan dan pembangunan, sedangkan secara tidak langsung merupakan dampak lanjutan dari penurunan kualitas air laut akibat operasional pelabuhan.

E.     UPAYA – UPAYA PENANGGULANGAN
Agar semua dampak negatif dari suatu pembangunan dapat di minimlisir  dengan baik, maka hal penting yang perlu di lakukan adalah:
o   Melakukan Study ANDAL yang bertujuan untuk :
1.      Mengidentifikasi rencana usaha yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
2.      Mengidentifikasi komponen lingkungan yang akan terkena dampak.
3.      Memperkirakan dan mengevaluasi rencana usaha atau kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
Kegunaan :
1.      Sebagai perencanaan pembangunan wilayah
2.      Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan dari suatu rencana usha.
3.      Memberi masukan untuk penyusunan desain rinci teknis dari suatu rencana usaha
4.      Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari suatu rencana usaha.
5.      Memberi informasi bagi masyarakat sehingga dapat menghindari dampak dan memanfaatkan dampak positif.
o   Melakukan RKL yang bertujuan untuk:
1.      Merumuskan upaya kebijakan pengendalian dampak lingkungan, baik berupa tindakan pencegahan maupun tindakan penanggulangan terhadap segenap dampak negatif melalui pendekatan teknologi, sosial dan kelembagaan
2.      Merumuskan wewenang pihak yang terlibat dalam pelaksanaan, pengawasan, pembinaaan teknis serta pelaporan sehingga upaya pengelolaan longkungan menjadi efektif dan efisien
3.      Merumuskan arahan untuk penyusunan dokumen RPL yang akan memberikan informasi umpan balik tentang keberhasilan dan keefektifan dari kegiatan pengelolaan lingkungan yang akan di laksanakan.
o   Melakukan RPL yang bertujuan untuk:
Mengidentifikasi dan mengetahui perubahan kualitas lingkungan yang terjadi secara periodik serta mengetahui tingkat keberhasilan dan efektifitas upaya pengelolaan lingkungan yang di lakukan sesuai dengan arahan pembangunan suatu proyek.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pada pembahasan di ats maka dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
o   Suhu air merupakan parameter fisik air yang sangat penting dan dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan karena berkaitan dengan tingkat kelarutan oksigen, proses respirasi biota perairan dan kecepatan degradasi bahan pencemar. Untuk itu perlu di lakukan upaya untuk menghindari dampak negatif dari pembangunan agar kualitas air dapat terjaga, hal ini dapat berdampak pada kelangsungan hidup biota perairan laut dan pantai.
o   Akibat pembanguan Kondisi perairan di kawasan laut maupun pantai  saat ini sudah dikategorikan tercemar dengan komposisi dan kepadatan organisme yang semakin menurun.
o   Pencemaran yang telah berlangsung lama di kawasan laut maupun pantai saat ini telah menyebabkan distribusi dan komposisi organisme yang terbatas dan didominasi oleh sekelompok kecil organisme yang teradaptasi oleh kondisi lingkungan tercemar.
o   Pembangunan di kawasan pesisir kota adalah hal yang tidak bisa dihindarkan, namun demikian dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan laut sekitarnya sebaiknya di minimalisasi sedemikian mungkin sehingga dampak negatifnya bisa teratasi.
o   Mengingat kualitas air di sekitar pantai sudah sangat memprihatinkan, diperlukan upaya untuk mengurangi tingkat pencemaran di kawasan pantai (misalnya dengan water treatment plant) sehingga di masa depan kawasan laut maupun pantai yang merupakan salah satu kebanggaan Kota bisa lebih dinikmati oleh masyarakat luas.

B.     Saran
Beberapa saran yang dapat di ambil terkait dengan hasil penulisan makalah ini adalah :
1.      Penetapan kebijakan dan pembuatan aturan yang baik, agar dapat menghindari dampak negatif dari pembangunan dalam hal ini upaya-upaya untuk menhindari dampak negatif adalah sangat penting dan juga peningkatan terhadap dampak positif.
2.      Perlu adanya keseriusan dalam memahami dan mengkaji makalah ini dengan baik, agar dapat memberikan tambahan ilmu dan pemahaman bagi mahasiswa dalam mata kuliah AMDAL.







DAFTAR PUSTAKA

Allert, G. dan S.S. Santika, (1987). Metode penelitian air. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Fardiaz, S., (1992). Polusi air dan udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Jompa, J., (1996). Monitoring and Assessment of Coral Reef in Spremonde Archipelago, South Sulawesi. M.Sc. Thesis. McMaster University, Canada.
Lung, W.S., (1993). Water quality modelling; application to estuaria. Vol. II CRC Press. Florida
Mahida, U.N., (1986). Pencemaran air dan pemanfaatan limbah indudtri. Edisi II. Rajalai Press. Jakarta.
Miller, G. dan G. Lygre, (1994). Chemistry a contemporary approach 3rd Edition. Wadworth Publishing Company. California.
Mispar, M. (2001). Sebaran bahan organik dan total padatan tersuspensi di sekitar perairan pantai .Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Saru, M.A., (2001). Dampak sedimentasi terhadap pola distribusi makrozoobenthos di sekitar muara Sungai Jeneberang. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin.
Supriharyono (2002). Pelestarian dan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir tropis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ketchum, B.H. (1971). Pollution, natural resources, and biological effects of pollution of estuaries and coastal waters. The massachusetts Institute of Technology. Massachussetts.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman